Powered By

Powered by Blogger

Powered by Blogger

Kamis, 06 Maret 2008

Aktivis Buruh Tewas Misterius


BOGOR, JUMAT-Ketua organisasi buruh, Hendi Kuswanda, tewas misterius dua hari setelah memimpin aksi protes (demo) soal pemberangusan hak buruh. Polisi menyatakan Hendi korban kecelakaan lalu lintas namun keluarga tak percaya.

Hendi Kuswanda adalah Ketua Pengurus Komisariat (PK) Federasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (FSBSI) di PT Yasunaga Indonesia, Serang, Banten. Dia meninggal dalam perawatan di RS Krakatau Steel, Cilegon, Banten, Rabu (27/2) malam.

Dua hari sebelumnya, Hendi memimpin rekan-rekannya berdialog dengan anggota DPRD Kabupaten Serang. Hendi mengeluhkan larangan bagi karyawan untuk membentuk serikat buruh di PT Yasunaga Indonesia Serang. Larangan tersebut tertuang dalam peraturan perubahan nomor 047/HRD-YI/II/ 2008.

"Kami selalu mendapat ancaman sampai sanksi pemecatan jika melakukan kegiatan berserikat. Padahal kegiatan itu dibolehkan undang-undang. Tapi, kenapa sampai saat ini pengusaha nakal tersebut tidak dijerat hukum," kata Hendi kepada Warta Kota ketika bertemu di DPRD. Pernyataan Hendi ini dimuat di Warta Kota sehari kemudian dalam judul Buruh Dilarang Berserikat.

Saat itu Hendi juga mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya diancam akan dipecat bila hari Senin itu jadi berangkat ke DPRD. "Kami ke sini di bawah ancaman pemecatan. Tapi, saya pribadi tidak takut berkat dukungan teman-teman," ujar Hendi usai berdialog di aula DPRD Kabupaten Serang.

Hendi merupakan aktivis buruh di PT Yasunaga Indonesia, pabrik spare part mobil yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Serang Km 68, Kawasan Industri Modern, Cikande, Kabupaten Serang. Menurut kawan-kawan kerjanya, Hendi giat memperjuangkan nasib rekan-rekannya sehingga berkali-kali Hendi dipindahtugaskan. "Terakhir, teman kami itu dipindahkan dari bagian general affair ke bagian cleaning service, dia dipindah dengan alasan tidak mematuhi peraturan perusahaan," kata Dado, rekan korban.

Reza, kerabat Hendi, mengatakan penyebab tewasnya aktivis buruh tersebut masih simpang siur. Keluarganya mendapat informasi bahwa pada Rabu malam Hendi mengendarai sepeda motor milik temannya dan terjatuh di wilayah Kragilan, Serang, tak jauh dari kantor polisi Kragilan.

Polisi kemudian menolong Hendi. "Anggota Polsek Kragilan, dengan telepon genggam milik korban menghubungi keluarga. Akhirnya keluarga yang dihubungi itu pun secepatnya datang ke lokasi. Ketika itu korban masih hidup, lalu korban secepatnya dibawa ke RSUD Serang," kata Reza ketika ditemui di rumah duka di Jalan Masjid I, RT 06/05 Perumnas Bantarkemang, Kelurahan Baranangsiang, Bogor Timur, Kamis (29/2).

Karena lukanya cukup serius, Hendi dirujuk ke RS Krakatau Steel. Di RS Krakatau Steel, Hendi sempat menjalani CT Scan. Namun, beberapa jam kemudian Hendi meninggal dunia. Saat itu, pihak keluarga Hendi percaya penjelasan polisi bahwa korban mengalami kecelakaan hingga terluka parah dan berujung pada tewasnya bapak dua anak tersebut.

Belakangan, keluarga menemukan lebam pada sekeliling mata kiri dan bagian belakang kepala pecah hingga sebagian isinya keluar. Temuan ini menyebabkan keluarga ragu Hendi merupakan korban kecelakaan lalu lintas. "Kami tidak yakin korban tewas karena kecelakaan. Pada jasadnya sangat jelas terlihat ada bekas tindak kekerasan, kemungkinan besar korban dikeroyok karena di kepalanya ada bekas pukulan dan hantaman benda keras," kata Reza.

Dia menambahkan, "Mata kiri korban lebam, kepala bagian belakang robek, bahkan otak kecilnya keluar. Saat ini kami masih menunggu hasil visum dari RSUD Serang karena korban pertama kali dibawa ke rumah sakit tersebut."

Jenazah Hendi tiba di rumah duka Kamis pagi dan disambut haru keluarganya. Sebagian besar keluarga Hendi terkejut ketika mendapat kabar duka itu. Mereka tidak menyangka Hendi pergi begitu cepat. Setelah disemayamkan di rumah duka, jasad aktivis buruh tersebut dikebumikan di tanah milik keluarga di Cimoboran, Ciherang, Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemakaman Hendi dihadiri keluarga dan rekan-rekan kerjanya.

Menurut rekan-rekan kerjanya, Hendi Kuswandi getol membela hak-hak buruh di tempat kerjanya. Terakhir, dia memimpin rekan-rekannya menentang peraturan perusahaan nomor 047/HRD-YI/II/ 2008 yang melarang pengurus serikat pekerja melakukan kegiatan berserikat. Dalam memperjuangkan nasib buruh, pria berambut ikal itu tidak pernah surut meski mendapatkan intervensi atau tekanan dari manajemen.

Kecelakaan tunggal

Kecurigaan keluarga bahwa Hendi meninggal akibat penganiayaan, tak sesuai dengan temuan polisi. Kanit Reskrim Polsek Kragilan Iptu Anang Jhuswandi mengatakan Hendi meninggal akibat kecelakan lalu lintas berat. "Hendi itu kasusnya kecelakaan berat. Kami hanya mendata saja, sedangkan penanganan lebih lanjut, ditangani Unit Laka Lantas Polres Serang," ujarnya, kemarin.

Bripka Hendri, petugas piket di Unit Kecelakaan Lalu Lintas (Laka Lantas) Polres Serang, mengatakan Hendi yang mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z nomor polisi B 6959 NGF mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Tambak, persisnya di Kampung Pasar Kragilan, Kelurahan/Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, pukul 00.15. Data tersebut, kata Hendri, tercatat di buku laporan Unit Laka Lantas.

Lebih lanjut Hendri mengatakan, korban diduga terjatuh saat menghindari lubang. "Di buku mutasi ini, korban atas nama Hendi tercatat mengalami laka (kecelakaan- Red) tunggal. Kemungkinan, ia terjatuh karena menghindari lubang," ujarnya.

Kecurigaan keluarga Hendi bahwa Hendi meninggal bukan karena kecelakaan lalu lintas mirip kecurigaan pada keluarga Lambang Babar Purnomo, saksi ahli kasus pencurian arca kuno koleksi Museum Radyapustaka Solo, Lambang Babar Purnomo. Lambang ditemukan tewas di tepi jalan di Sleman, Yogyakarta, Sabtu (9/2) pagi. Polisi menyatakan Lambang korban kecelakaan lalu lintas. Namun, keluarga dan rekan-rekan korban curiga Lambang menjadi korban penganiayaan terkait statusnya sebagai saksi ahli kasus pencurian arca.

Tidak ada komentar: